CARA BUDIDAYA IKAN JELAWAT
Ikan Jelawat (Leptobabus hoevani, Blkr) atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan kelemak (Sumatera) atau ikan menjuhan (Kalimantan Tengah) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak ditemui di sungai dan daerah genangan air kawasan tengah hingga hilir, bahkan di bagian muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak – anak sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian pinggirnya, terutama pohon – pohon yang buahnya dapat mereka makan bila jatuh ke air seperti tengkawang, biji karet atau bunga – bunga di permukaan air
Ikan Jelawat biasanya berupaya ke hulu sungai pada setiap permulaan musim hujan ( Oktober -Februari) yaitu ketika permukaan air mulai naik dengan tujuan untuk berpijah di muara – muara sungai, dan apabila permukaan air mulai turun atau pada awal musim kemarau mereka akan berupaua kembali ke hilir. Anak jelawat banyak dijumpai didaerah genangan dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Disaat air menyusut, anakan dari ikan jelawat secara bergerombol berupaya kea rah bagian hulu sungai
Ikan Jelawat hidup normal dan tumbuh dengan baik diperairan yang bersuhu 26 – 28.5℃, oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan pH air 7.0 – 7,5. Namun demikian ikan jelawat dapat hidup pada suhu 25 – 37 ℃,oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan pH air 5 – 7, serta pada perairan yang kurang subur hingga sedang. Ikan ini dijumpai di beberapa sungai di Sumatera dan Kalimantan serta kawasan Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja
Ikan Jelawat tidak terlalu popular seperti ikan mas, nila, patin, hanya dikenal pada kalangan tertentu, hal ini disebabkan ikan ini tidak ditemukan disetiap daerah dan hanya ada di daerah asalnya, yaitu Nanggroe Aceh Darusssalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Didaerah ini, ikan jelawat sangat digemari bahkan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei, sehingga ikan jelawat memiliki potensi ekonomis penting, bahkan dapat dimasukkan dalam kategori komoditas ekspor potencial
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah gurat sisi melengkung agak ke bawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sungut
Panjang maksimum ikan ini dapat mencapai 100 cm dengan berat 10kg. Diperairan Muara tebo dan Jambi, Ikan Jelawat memijah secara alami bobotnya 3,7 – 5 kg, dengan ukuran panjang 46 – 58 cm, sedangkan di Sungai Tembeling, Malaysia bobot rata – rata ikan jelawat yang memijah adalah 2,5kg.
Ikan Jelawat bersifat omnivore yang cenderung herbivore, yang makanannya antara lain umbi singkong, daun papaya, ampas kelapa dan daging ikan yang telah dicincang. Dalam lingkungan pemeliharaan terkontrol, ikan jelawat juga menyantap makanan berbentuk pellet dan usus ayam. Oleh karena itu ikan ini apabila dipelihara dapat diberikan pakan berupa sayuran dalam campuran pakan pellet
Secara umum klasifikasi ikan jelawat adalah sebagai berikut :
- Phylum : Chordata
- Kelas : Actinopterygii
- Ordo : Cypriniformes
- Famili : Cyprinidae
- Genus : Leptobarbus
- Spesies : Leptobarbus hoevenii
- Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2
- Selama pemeliharaan, induk ikan dibi pakan pelet dengan kandungan protein 25-28%
- Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 2-3 per hari
- Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya
- Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan
- Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi
Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan scara alami dan buatan. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan.
- Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari
- Penyuntikan hormon HCG dan kelenjar hipofisa terhadap induk betina dilakukan 2 kali
- Penyuntikan I (PI) : 1 dosis kelenjar hipofisa ditambah 200 IU HCG per induk betina
- Penyuntikan II (PII) : 2 dosis kelenjar hipofisa ditambah 300 IU per induk betina
- Selang waktu antara PI dan PII, 5-6 jam
- Ovulasi terjadi antara 10-1 jam dari PI
- Telur dan sperma dikeluarkan dengan cara diurut
- Pembuahan telur dilakukan dengan mencampurkan sperma dan telur di baskom plastik
- Jika telur telah mengembang siap untuk disimpan dalam wadah penetasan
Penetasan
- Padat tebar 400-500 butir telur per liter
- Selama penetasan air harus dijaga kialitasnya (O2 4-8 ppm; pH 7,0-8,0; T:25-28 derajat C)
- Pada suhu air 25-28 derajat C telur akan menetas 18-4 jam setekah pembuahan
Pemeliharaan Larva
- Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur
- Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan
- Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) secukupnya
- Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore)
- Hari ke 7 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam
Pendederan
- Persiapan kolam meliputi pengeringan 2-3 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500-700 gr per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80-100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar
- Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100-150 ekor/m2
- Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10-20 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein
- Lama pemeliharaan 2-3 minggu
- Benih yang dihasilkan ukuran 2-3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan